Peperangan yang tidak seimbang, kaum muslimin berjumlah 314 sementara
kuffar quraisy 950 pasukan. Dalam perang Badar, tersebutlah seorang
sahabat bernama Abu Ubaidah yang berperang penuh keberanian, beliau
menerjang musuh, orang-orang kufar Quraisy segan berhadapan bahkan
mereka takut menghadapi pejuang ini, karena Abu Ubaidah berperang tidak
ada rasa takut untuk mati. Tatkala perang berkecamuk, tiba-tiba ada
diantara tentara Quraisy yang berusaha menghadang Abu Ubaidah, beliaupun
menghindar dari hadangan tentara tersebut dan berusaha menjauh, tetapi
upaya tersebut tidak mendapatkan hasil, tentara Quraisy tersebut
senantiasa mengikuti kemana Abu Ubaidah pergi bahkan menghadangnya penuh
dengan berani. Diwaktu dimana Abu Ubaidah dalam keadaan sempit dan
susah untuk menghindar maka Abu Ubaidah mengayunkan pedangnya dan
menebas orang tersebut, tersungkurlah tentara Quraisy itu. Ternyata
tentara itu adalah Abdullah bin Jarroh, ayah Abu Ubaidah.
Beliau
tidak membunuh ayahnya, yang beliau bunuh adalah kesyirikan yang ada
pada pribadi ayahnya, yang dengannya Alloh menurunkan wahyuNya,
لا
تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ
مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ
أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي
قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ
حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Kamu tidak akan mendapati sesuatu
kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang
dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun
orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau
pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah
menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan
pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap
(limpahan rahmat) Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (al
Mujadilah: 22)
Abu Ubaidah adalah seorang sahabat yang berperawakan
tinggi, kurus, bermuka tampan. Orang yang melihatnya akan merasa senang
dan membuat jiwa tenang dan ingin selalu berjumpa dengannya. Beliau
sangat tawadlu, pemalu, tetapi jika keadaan harus memaksa beliau untuk
bertindak dan berbuat, maka ia bergegas melakukan bagaikan singa yang
hendak menerkam mangsanya.
Abu Ubaidah bernama Amir bin Abdillah bin Jarroh al-Qurasy dan memiliki kunyah Abu Ubaidah.
Abdullah
bin Umar bin Khaththab berkata, “Tiga orang yang merupakan pemuka orang
Quraisy dan sangat dihormati akhlaq mereka, mulia, pemalu, jika mereka
berbicara kepada kalian tidak akan berdusta,jika kalian berbicara dengan
mereka, merekapun tidak mendustakan kalian. Mereka adalah Abu Bakar as
Siddiq, Utsman bin Affan dan Abu Ubaidah bin Jarroh.”
Menurut tarikh,
Abu Ubaidah termasuk orang yang pertama masuk dalam agama islam. Beliau
masuk Islam setelah mendapat ajakan Abu Bakar as Siddiq,sehari setelah
Abu Bakar menyatakan keislamannya. Setelah itu berturut-turut diikuti
Abdurrahman bin Auf, Utsman bin mad’uun dan Al Arqom bin Abi al Arqom.
Mereka semua masuk Islam di hadapan Rasulullah dan mengumumkan keislaman
mereka dan merekalah tonggak dan pilar umat ini.
Suatu ketika
datanglah utusan dari orang-orang Nasrani kepada Rasulullah. Merekapun
berkata, “Wahai abul Qosim(panggilan untuk Rasulullah), utuslah kepada
kami seorang laki-laki dari sahabatmu, yang engkau ridhoi untuk menjadi
hakim dan penengah diantara kami dalam suatu urusan yang kami miliki
dari harta kami yang kita berselisih didalamnya, karena kaum muslimin
dihadapan kami sangat terhormat dan kami ridho dengan kalian.” Maka
Rasulullah bersabda, “Datanglah nanti sore, niscaya aku akan kirim orang
yang kuat dan terpercaya.” Umar berkata, “Maka aku datang untuk sholat
dhuhur di awal waktu dan aku tidak berharap untuk memperoleh jabatan
sebagai pemimpin kecuali waktu itu, dan harapanku adalah orang yang di
pilih Rasul adalah aku, sesudah sholat dhuhur, maka baginda Nabi menoleh
ke kanan dan ke kiri, maka akupun berusaha menampakkan diriku sehingga
baginda Nabi melihatku. Nabi kembali menengok ke kanan dan ke kiri,
kemudian beliau melihat Abu Ubaidah dan memanggilnya dan
berkata,’Pergilah bersama mereka(orang-orang Nasrani) dan jadilah
penengah diantara mereka, hakimilah apa yang mereka perselisihkan dengan
adil’, maka aku(Umar) berkata,’'Abu Ubaidahlah yang telah meraihnya.”
Sesudah
Rasulullah wafat, maka Umar berkata kepada Abu baidah,”Bentangkanlah
tanganmu wahai Abu Ubaidah karena aku mendengar Nabi bersabda,’ Tiap
umat memiliki orang yang dipercaya dan sesungguhnya orang yang
terpercaya untuk umat ini adalah Abu Ubaidah.’.” Maka beliau
menjawab,”Aku tidak akan maju dan didepanku ada orang yang diperintah
Rasulullah untuk menjadi imam sholat dan kami akan mempercayakannya
sampai wafat.” Kemudian Abu Bakar dibaiat dan kaum muslimin pun sepakat
untuk membaiatnya.
Menjelang wafat, Abu Ubaidah berwasiat kepada
tentaranya dan waktu itu beliau berada di negeri Syam. “Sesungguhnya aku
berwasiat kepada kalian, dan kalian akan semakin baik selama kalian
memeganginya yaitu dirikanlah sholat, berpuasalah Romadhon,
bersedekahlah, berhajilah dan berumrohlah, dan lakukanlah saling memberi
nasehat, nasehatilah pemimpin kalian dan janganlah kalian curangi
mereka dan janganlah kalian mencampakkan dalam kebinasaan karena dunia…”
Tidak lama sesudah beliau memberi nasehat, ajalpun menyongsongnya,
semoga Allah meridhoinya dan meridhoi kita semua. Amiin, ya Robbal
alamin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar