Seorang suami merupakan pemimpin dalam sebuah keluarga. Dia akan diminta
pertanggung jawaban di hadapan Allah terhadap apa yang telah
dipimpinnya. Pembahasan kali ini akan difokuskan pada seputar
kesalahan-kesalahan yang dilakukan sebagian suami terhadap istrinya.
Beberapa kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tidak mengajari istri tentang Islam dan hukum-hukum syariatnya.
Banyak
para istri yang dijumpai tidak mengetahui bagaimana shalat dengan
benar, apa hukum-hukum yang berkaitan dengan haid dan nifas, dan
bagaimana menjadi seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya secara islami.
Sebaliknya justru banyak dijumpai para istri yang disibukkan dengan
belajar membuat resep suatu masakan, dan bagaimana cara menghidangkan
makanan karena memang suaminya menanyakan tentang hal itu kepadanya.
Akan
tetapi bagaimana cara berwudhu yang benar, bagaimana cara sholat yang
benar, tidak ditanyakan para suami kepada istrinya. Kepada para suami,
sungguh di sana terdapat banyak cara dalam mengajari istri
perkara-perkara agama. Diantaranya adalah memberi hadiah buku tentang
Islam dan hukum hukumnya kemudian mengajaknya berdiskusi, memberi hadiah
kaset ceramah kemudian mintalah agar meringkas apa yang disampaikan
oleh penceramah, mengajak istri menghadiri kajian yang disampaikan
seorang ustadz di masjid, menceritakan kepada istri isi khutbah jum'at
kemudian mendiskusikannya, dan bisa juga menganjurkan istri untuk
mendengarkan bacaan Al Quran dan mendalami maknanya.
2. Mencari-cari kesalahan dan kekurangan istri
Rasulullah
shallallahu ‘alihi wasallam telah melarang hal tersebut sebagaimana
telah diriwayatkan oleh Jabir radhiallahu 'anhu dia berkata; Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam melarang suami yang pulang dari bepergian
mengetuk pintu keluarganya pada malam hari. Larangan tersebut karena
dikhawatirkan ia akan mendapati istrinya dalam keadaan yang kurang
menyenangkan. Demikian juga, hendaknya seorang suami bersabar dan
memahami akan kekurangan yang ada pada istri seperti pada saat istri
lambat dalam merespon perintah suami. Hendaknya juga jangan terlalu
sering mengevaluasi istri, hal ini sebagaimana sabda Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam, "Berwasiatlah kalian kepada para wanita
(istri) dengan kebaikan, karena mereka itu diciptakan dari tulang rusuk.
Dan bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian yang
paling atas. Bila engkau paksakan untuk meluruskannya, maka engkau akan
mematahkannya. Namun bila engkau biarkan begitu saja (tidak engkau
luruskan) maka dia akan terus menerus bengkok. Karena itu berwasiatlah
kalian kepada para wanita (istri) dengan kebaikan."
Dari hadits di atas ada beberapa pelajaran, yang di antaranya adalah:
a. Dianjurkan bersikap baik dan lemah lembut terhadap istri untuk menyenangkan hatinya
b.
Mendidik wanita dengan sabar dan penuh rasa maaf atas ‘kebengkokan’
mereka. Siapa yang berupaya meluruskan mereka dengan cara yang kasar,
tidak akan dapat mengambil manfaat apapun darinya. Padahal, setiap suami
membutuhkan posisi seorang istri agar mendapatkan ketenangan hidup
bersamanya dan membantu dalam kehidupannya.
c. Seakan-akan Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, "Rasa nikmat hidup dengan istri
tidak akan sempurna kecuali dengan bersabar terhadapnya." Dan satu
manfaat lagi yang tidak boleh diabaikan adalah tidak pantas seorang
suami menceraikan istrinya tanpa alasan yang jelas.
3. Berbuat dhalim dengan menjatuhkan hukuman yang tidak sesuai dengan kesalahan.
Sebagian
suami melakukan perbuatan dholim kepada istri dengan memberikan hukuman
kepada istri lebih berat dari kadar kesalahan yang dilakukannya. Di
antara bentuk kedholiman itu adalah dengan menggunakan pukulan sebagai
langkah pertama menasihati istri, padahal Allah telah berfirman, “Dan
wanita-wanita yang kamu khawatirkan berbuat nusyuz, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya.” (QS. An-Nisa': 34).
Oleh karena itu
selayaknya menghukum istri terlebih dahulu adalah dengan nasihat,
kemudian boikot, kemudian pukulan yang tidak keras. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketahuilah, berwasiatlah kalian
dengan kebaikan kepada para wanita (para istri) karena mereka hanyalah
tawanan di sisi (di tangan) kalian. Kalian tidak menguasai mereka
sedikitpun kecuali hanya itu, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan
keji yang nyata. Maka bila mereka melakukan hal itu, boikotlah mereka
di tempat tidurnya dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak keras.”
Kemudian
di antara bentuk kedholiman seorang suami kepada istri adalah, mengusir
istri dari rumah tanpa alasan yang dibenarkan dalam islam, memukul
wajah, menghina dan mencaci maki istri. Ada seorang laki laki datang
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, “Apa hak
seorang istri atas suaminya?” Rasul menjawab, “Hendaklah engkau
memberinya makan apabila engkau makan, memberi pakaian apabila engkau
berpakaian, janganlah memukul wajah dan janganlah engkau hina, dan
jangan engkau boikot kecuali di dalam rumah.”
4. Pelit dalam memberi nafkah
Sesungguhnya
pemberian nafkah seorang suami kepada istri adalah kewajiban yang telah
ditetapkan di dalam Al Quran, as Sunnah dan Ijma'. Allah subhanahu
wata’ala berfirman, “…dan kewajiban bagi seorang ayah untuk memberikan
nafkah dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang baik.” (QS.
Al-Baqarah: 233)
Apabila seorang istri diuji dengan suami yang pelit
dan tidak mau memberikan nafkah yang menjadi haknya, dia dibolehkan
untuk mengambil sebagian harta milik suami secukupnya walau tanpa
sepengetahuan suami. Hindun binti 'Utbah berkata, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Abu Sufyan adalah suami yang pelit, ia tidak memberiku
nafkah yang dapat mencukupiku dan anakku terkecuali bila aku mengambil
dari hartanya tanpa sepengetahuannya.” Bersabdalah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ambillah dari harta suamimu sekadar yang
dapat mencukupimu dan mencukupi anakmu dengan cara yang ma’ruf.” (HR.
Al-Bukhari no. 5364 dan Muslim no. 4452)
5. Terburu buru dan gampang mengucapkan kata cerai
Wahai
para suami, sesungguhnya ikatan antara engkau dan istrimu adalah
merupakan ikatan yang paling suci dan kuat, sebagaimana Allah swt telah
berfirman;
"… Dan mereka (istri-istri kalian) telah mengambil dari kalian perjanjian yang kuat " (An Nisa; 21)
6. Kurangnya rasa cemburu
Di
antara bentuk kurangnya rasa cemburu adalah seorang suami membiarkan
istrinya bercampur baur dengan saudara iparnya atau saudara sepupu
suami. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
“Hati-hati kalian dari masuk ke tempat para wanita.” Para sahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu dengan ipar?” Beliau
menjawab, “Ipar itu (ibarat) maut.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Di
antara bentuk kurangnya rasa cemburu adalah membiarkan istrinya pergi
berduaan dengan sopir pribadi untuk berbelanja atau jalan-jalan, padahal
berapa banyak bangunan rumah tangga yang runtuh sebagai hasil dari
perbuatan maksiat seperti ini. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar