Senin, 19 Maret 2012

Orang Inilah Yang Istghfarnya Butuh Kepada Istighfar


قال القرطبي رحمه الله: قال علماؤنا: الاستغفار المطلوب هو الذي يحل عقد الإصرار ويثبت معناه في الجنان، لا التلفظ باللسان. فأما من قال بلسانه: أستغفر الله، وقلبه مصر على معصيته فاستغفاره ذلك يحتاج إلى استغفار، وصغيرته لاحقة بالكبائر. وروي عن الحسن البصري أنه قال: استغفارنا يحتاج إلى استغفار.

Artinya: "Berkata Al Qurtuby rahimahullah: "Ulama kita berkata: "Istighfar yang semestinya adalah yang melepaskan ikatan-ikatan meneruskan (dosa), yang tetap maknanya di dalam hati bukan hanya ucapan lisan. Adapun yang mengatakan dengan lisan "astaghfirullah" sedangkan hatinya bertekad meneruskan maksiatnya, maka istighfarnya itu membutuhkan kepada sebuah istighfar (lain), dosa-dosa kecilnya (yang ia perbuat) akan menyusul kepada dosa besar. Diriwayatkan bahwa Al Hasan Al Bashry berkata: "Istighfar kita membutuhkan kepada Istighfar". Lihat Tafsir Al Qurthuby.

وقال النووي: وعن الفضيل بن عياض رضي الله تعالى عنه : استغفار بلا إقلاع توبة الكذابين.

Artinya: "An Nawawi rahimahullah: Al Fudahil bin Iyadh radhiyallahu 'anhu berkata: "Istighfar dengan tidak melepaskan maksiat adalah taubatnya para tukang dusta". Lihat kitab Al Adzkar, Karya An Nawawi.

قال المناوي: تنبيه سئل أحدهم أيهما أفضل: التسبيح والتهليل والتكبير أو الاستغفار؟ فقال: يا هذا الثوب الوسخ أحوج إلى الصابون منه إلى البخور، ولا بد من قرن التوبة بالاستغفار لأنه إذا استغفر بلسانه وهو مصر عليه فاستغفاره ذنب يحتاج للاستغفار ويسمى توبة الكذابين . انتهى.

Artinya: "Al Munawi rahimahullah berkata: "Perhatian, seorang ulama ditanya: "Manakah yang lebih utama: Bertasbih, bertahlil, bertakbir atau istighfar?", dia menjawab: "Wahai kamu, pakaian yang kotor lebih butuh kepada sabun daripada minyak wangi, dan taubat harus dibarengi dengan istighfar, karena jika dia beristighfar dengan lisannya padahal dia terus melakukan (dosa)nya, maka istighfarnya adalah dosa yang membutuhkan kepada istighfar dan dinamai dengan taubatnya para tukang dusta". Lihat Fath Al Qadir, karya Al Munawi.

قال ابن رجب: فأفضل الاستغفار ما اقترن به تركُ الإصرار ، وهو حينئذ توبةٌ نصوح ، وإنْ قال بلسانه : أستغفر الله وهو غيرُ مقلع بقلبه ، فهو داعٍ لله بالمغفرة ، كما يقول : اللهمَّ اغفر لي ، وهو حسن وقد يُرجى له الإجابة ، وأما من قال : توبةُ الكذابين ، فمرادُه أنَّه ليس بتوبة ، كما يعتقده بعضُ الناس ، وهذا حقٌّ ، فإنَّ التَّوبةَ لا تكون مَعَ الإصرار.

Artinya: "Ibnu Rajab rahimahullah berkata: "jadi, istighfar paling utama adalah yang dibarengi dengan meninggal sikap meneruskan (melakukan dosa), dan dialah yang disebut Taubat Nasuha, dan jika mengucapkan dengan lisannya: "Astaghfirullah, dan dia tidak melepaskan dengan hatinya, maka dia (seperti) orang yang berdoa kepada Allah meminta ampunan, sebagaimana dia mengucapkan: "Ya Allah ampunilah aku", ini baik dan diharapkan baginya pengabulan (atas doanya), adapun yang berkata: "Taubatnya para tukang dusta, maka maksudnya adalah bukan taubat sebagaimana yang diyakini oleh sebagian orang, dan ini adalah sebuah kebenaran, karena sesungguhnya taubat tidak akan terjadi dengan meneruskan (maksiat). [Lihat Jami' Al Ulum wa Al Hikam, karya Ibnu Rajab].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar